Rindu Ayah Ibu

Diposting oleh Matta Maurilla / Category:

Walau terkadang iri tak dapat kututupi
Aku hanya mampu tersenyum
Tak ada kata yang bisa aku ucapkan
Hanya seperti anak SD yang di kelilingi para Sarjana
Tak tau harus apa
Tak tau harus bagaimana

Aku hanya iri.......
Iri ketika mereka membanggakan masakan ibunya
Iri ketika mereka menceritakan kado ulang tahun dari ayahnya

Lalu siapa yang harus aku salahkan
Teganya kau ibu...
Teganya kau membuatku tersenyum dengan mata merah berkaca-kaca di depan mereka
Teganya kau ayah...
Teganya kau membuatku menangis bersama gelap di bawah bantal

Ayah...
Ibu...
Aku hanya ingin merasakan kecupan di keningku
Walau sekejap, namun abadi

Misteri Wanita Pemotong Daging

Diposting oleh Matta Maurilla / Category:

Dipagi yang masih gelap itu,
aku terbangun karna suara cumbu piring didapur.
Dipagi yang masih dingin itu,
aku intip sesosok wanita tua membawa secangkir kopi yg masih berasap,
diletakanya cangkir kopi itu diatas meja dan kembali ke dapur,
didapur kulihat dia mengambil pisau daging dan perlahan menoleh kearahku,
aku gemetar ketakutan diiringi dengan sejuknya angin yang menusuk ketulangku.

Ketika aku benar benar berhadapan denganya...
Ternyata... Ternyata...
Ternyata dia ibu ...
Huufff..... Nafasku keluar lega.

Aku kembali kekamarku dengan tenang,
kulihat kamar ibu terbuka, aku berniat menutupnya,
dari pintu terlihat ayah dan ibu masih tidur pulas,
tanpa berfikir aku menoleh kearah dapur.
Dikegelapan dapur, aku lihat samar samar ibu masih memotong daging.

Aaaaaaaaaaaaaaa aku menjerit seisi rumah terbangun
ibu menenangkanku, kutatap benar benar wajah ibu
dan melihat kembali kearah dapur ternyata dapur kosong.

Entah siapa yang memotong daging tadi,
sudahlah jangan di fikirkan

Kopi Legit Bangsaku

Diposting oleh Matta Maurilla / Category:


KOPI LEGIT BANGSAKU

Mentari terik tepat di ubun-ubun
Terlihat redup dan mulai suntuk
Mentari lelah berputar
Lelah bekerja mengikuti teks yang sama

Ku intip juga Bangsaku!
Tak seperti Mentari
Bangsaku nampak lebih santai
Duduk manis lengkap dengan secangkir kopi

Bangsaku terlihat segan berdiri dari sofanya
Terlihat malu-malu untuk maju
Tak ada yang di lakukanya
Hanya itu dan seperti itu

Ku bisikan pada Bangsaku
Lihatlah kawanmu
Kawan sudah berjalan menuju puncak
Melambaikan tangan dan mulai tertawa nakal
Melihat kita yang masih menegak kopi di sofa

Ayo lari bangsaku berlarilah bersama mentari
Berilah legit pada kopimu yang pahit